Paper Ekologi Umum


Pengaruh Adanya Keramba Ikan terhadap Kualitas Air Danau Sipin
Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi

I. Permasalahan
Danau Sipin merupakan salah satu danau yang terletak dipinggiran kota  dan masuk dalam area Kota Jambi. Danau Sipin itu letaknya sangat strategis dan indah, yang diyakini bisa menjaring wisatawan datang ke kota Jambi jika ditata. Selain itu Danau Sipin merupakan sumber kehidupan dan pemenuhan kebutuhan  bagi warga yang bermukim disekitarnya. (Jambi Independent,17/11/2010)
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air. (UN Mahida, 1984). Pencemaran air ini terjadi dimana-mana, termasuk juga yang terjadi pada Danau Sipin. Salah satu bukti terjadinya pencemaran air ini adalah menurunnya kualitas air.
Penurunan kualitas air yang menunjukkan pencemaran ini dapat disebabkan banyak faktor aktivitas manusia, salah satunya adalah pembuatan keramba pada area air danau.

Pemeliharaan ikan dalam keramba di Indonesia mulai muncul di daerah Jawa Barat. Pemasangan keramba di sungai dilakukan secara berderet-deret di sepanjang tepian sungai/danau  dengan jarak antar keramba ± 50 cm (Anonymous, 1987). Pemeliharaan ikan tersebut dapat mempengaruhi faktor fisik dan kimia perairan tersebut. Parameter lingkungan yang dapat dijadikan kontrol adanya polusi adalah oksigen terlarut, konsentrasi amonia, pH dan suhu perairan. Selain itu, bahan toksik, padatan tersuspensi dan jasad renik patogen merupakan kelompok pencemar suatu perairan (Connell dan Miller, 1995).
Pada area Danau Sipin banyak terdapat keramba ikan yang dibuat warga sekitar. Hal ini sebagai mata pencarian warga sekitar dalam pemenuhan hidupnya yang memanfaatkan air danau sebagai pemenuhan nilai ekonomi.
Khusus Danau Sipin  yang terletak dipinggiran kota, dari kapasitas 300 keramba, kini diisi 800 keramba.(Anonim, Matarama, 2010). Dari hal ini menunjukkan bahwa kapasitas keramba sudah melampaui ambang batas yang ditentukan, sehingga menjadi permasalahan terhadap kondisi dan kualitas dari air Danau Sipin tersebut.

II. Lokasi
Kawasan Danau Sipin terletak di Simpang Buluran Kenali, Kecamatan Telanai Pura, Kota Jambi. Tepatnya di samping Fakultas Kedoteran Unja. Danau Sipin berjarak 4 Km dari pusat kota, seluas 89,2 hektar berbentuk oval serta terdapat pulau ditengahnya.
Lokasi Danau Sipin ini dapat terlihat pada peta berikut :


 








Gambar 1 : Lokasi Danau Sipin Kota Jambi
(http: //www. Google.com)

III. Faktor Penyebab
Penurunan kualitas air di Danau Sipin salah satunya adalah disebabkan oleh adanya aktivitas manusia yang membuat  keramba ikan dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan alternatif sumber air bersih dan kapasitas budidaya perikanan.
Faktor yang menjadi penyebab pembuatan keramba dalam jumlah besar itu adalah faktor ekonomi masyarakat yang menjadikan keramba sebagai mata pencarian utama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak adanya larangan / peraturan pemerintah yang tegas dalam membatasi pembuatan keramba ini.
Pembuatan keramba ini berkaitan dengan penurunan kualitas air yang menunjukkan pencemaran dan merusak ekosistem adalah dipengaruhi dari faktor banyaknya pemberian pakan ikan (pelet) , faktor pemaksaan pemeliharaan spesies ikan yang dipelihara (patin dan nila) dalam jumlah besar.

IV. Dampak Ekologi yang ditimbulkan
Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas perairan danau, sehingga tidak sesuai lagi dengan jenis peruntukannya sebagai sumber air baku air minum, perikanan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu, pencemaran juga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, khususnya spesies endemik (asli) danau tersebut. Dampak negatif lain dari pencemaran perairan danau tidak hanya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis dan ekologis berupa penurunan produktivitas hayati perairan, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian manusia yang memanfaatkan perairan danau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Achmadi, Umar Fachmi., 2001). Berikut adalah dampak Ekologi yang ditimbulkan dari adanya keramba di Danau Sipin :

1. Konduktivitas Air Danau
Menurut Allan (1995), konduktivitas perairan danau berbanding lurus dengan konsentrasi ion-ion utama yang terlarut di dalamnya, seperti ion Ca2+, Mg2+, K+, Cl-, HCO3 dan SiO2. Perbedaan konduktivitas dipengaruhi oleh komposisi, jumlah ion terlarut, salinitas dan suhu (Allan, 1995). Pembuatan keramba ikan yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi ion-ion dan salinitas karena pengaruh ikan dan pemberian pakan.

2.  Keasaman Air (pH Air)
Semakin banyak jumlah keramba ikan akan meningkatkan jumlah bahan organik yang terlarut dan menyebabkan nilai pH menurun (Alabaster dan Lloyd, 1982), karena konsentrasi CO2 semakin meningkat akibat aktivitas mikroba dalam menguraikan bahan
organik (Allan, 1995). Menurut Perry dan Vanderklein (1996), penurunan pH dan alkalinitas dapat mengurangi diversitas spesies dan meningkatkan kodominan oleh beberapa spesies, meningkatkan kejernihan air, memendekkan rantai makanan, meningkatkan resiko mobilisasi timah dan logam berat lainnya.
Pemeliharaan ikan dalam keramba di Danau Sipin mempengaruhi tingkat keasaman air. Komposisi kadar CO2, asam karbon HCO3- dan ion bikarbonatserta karbonat CO3 2- dalam sungai merupakan sistem buffer yang efektif. Nilai pH normal akan mengandung HCO3 - yang predominan dan pH sekitar 8,3 mengandung bikarbonat (Allan, 1995).

3. Kadar Oksigen Terlarut (DO)
Ikan dalam keramba melakukan respirasi sehingga jumlah DO dalam air berkurang. Selain itu, laju metabolik dan kebutuhan oksigen meningkat sesuai dengan peningkatan suhu air (Connel dan Miller, 1995). Efek DO pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk didalamnya adalah suhu yang berpengaruh langsung terhadap kelarutan O2 dan proses metabolisme organisme aquatik. Akan tetapi, penentuan kriteria DO untuk perikanan mengalami kesulitas karena rendahnya tingkat DO yang secara langsung menyebabkan kematian ikan dan DO tinggi tidak menyebabkan efek merugikan terhadap ikan (Alabaster dan Lloyd, 1982).

4. Nilai KMnO4 dan Kadar Bahan Organik (TOM)
Nilai TOM di antara keramba ikan cenderung lebih tinggi , karena menurut Allan (1995), TOM dapat berupa autochthonous, yang berasal dari perairan itu sendiri seperti pembusukan organisme mati oleh detritus, aktifitas perifiton, makrofita dan fitoplankton. Bahan allochthonous, termasuk di dalamnya bahan organik yang dibawa oleh aliran air dari daerah sekitar.

5. Jumlah Padatan Tersuspensi (TSS)
Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), padatan tersuspensi dapat berupa mineral atau bahan organik yangberasal dari erosi tanah, industri, pembuangan kotoran dan sampah yang dapat ditemukan di air permukaan. Padatan tersuspensi bisa bersifat toksik bila dioksidasi berlebih oleh organisme sehingga dapat menurunkan konsentrasi DO sampai dapat menyebabkan kematian pada ikan. Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang (Alabaster dan Lloyd, 1982).
6. Penurunan Varietas Ekosistem Biotik
Pada air danau terdiri dari banyak jenis ikan yang dapat hidup didalamnya dan juga terdapat organisme lain yang dapat hidup dalam ekosistem perairan tersebut. Pembuatan keramba di Danau Sipin dapat mempengaruhi berkurangnya/ punahnya beberapa spesies misalnya beberapa jenis ikan, karena yang dipelihara hanya ikan patin dan nila saja yang berakibat pada jumlah spesies ikan lain itu berkurang / punah.
7. Peningkatan salah satu organisme tertentu
Karena adanya keramba ikan, menghasilkan kotoran-kotoran  dan sisa-sisa pakan yang menyebabkan tumbuh suburnya tanaman eceng gondok yang mengambil nutrisi dari sana.
8. Kesehatan Masyarakat
Danau Sipin merupakan salah satu sumber air yang dipakai masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibat adanya keramba yang mempengaruhi penurunan kualitas air, dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat menkonsumsi dan memakai air tersebut. Misalnya penyakit : Kulit, diare dll.

V. Alternatif Solusi untuk Menyelesaikan Masalah
Ekosistem danau merupakan suatu sistem, terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dengan lingkungannya. Fenomena tentang penurunan kualitas perairan (pencemaran) yang terjadi di perairan Danau Sipin, menunjukkan permasalahan yang kompleks dan sulit dipahami jika hanya menggunakan satu disiplin keilmuan. Konsep sistem yang berlandaskan pada unit keragaman dan selalu mencari keterpaduan antar komponen melalui pemahaman secara holistik (menyeluruh) dan utuh, merupakan suatu alternatif pendekatan baru dalam memahami dunia nyata. Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi sistem yang efektif (Wardhana, Wisnu Aria, 1995) . Oleh karena itu, kajian tentang pencemaran yang terjadi di perairan Danau Sipin dapat dilakukan dengan pendekatan sistem dalam membangun model pengendalian pencemarannya dalam upaya mewujudkan perairan danau yang bersih dan lestari, sehingga pemanfaatan fungsi danau dapat berkesinambungan.
Diharapkan adanya kesadaran masyarakat sendiri yang memahami peranan Danau Sipin itu dalam kehidupan dan ekosistem. Pengurangan dan pembatasan jumlah keramba perlu dilakukan dan diterapkan pada Danau Sipin. Masyarakat yang bermata pencarian dengan keramba itu perlu mencari solusi alternatif lain dalam budidaya ikan selain pembuatan keramba, misalnya saja budidaya ikan pada kolam/ bak buatan, dll.
Selain itu pemerintah juga harus mengambil peranan yang tegas dalam membuat peraturan, larangan dan izin dalam pembuatan keramba ikan di Danau Sipin. Untuk mengurangi jumlah keramba itu, pemerintah juga harus memberi solusi lain dan bantuan kepada masyarakat untuk membuka budidaya ikan selain keramba, misalnya saja memberi bantuan modal dan pelatihan dalam budidaya ikan kolam, dll.

VI. Daftar Pustaka

Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D. 2001. Peranan Air Dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat, http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200104/lap-perananair.pdf., dikunjungi 5/11/2010.

Alabaster, JS dan R Lloyd. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish(terj). Second Edition. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Butterworths.
London.

Allan, JD. 1995. Stream Ecology: Structureand Function of Running Waters. Chapman and Hall. London.

Anonymous. 1987. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian. Kalimantan Barat.

Connel, DW. dan GJ. Miller. 1983. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Terjemahan Yanti Koestoer. 1995.Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Jambi Independent,  Selasa 17 November, Danau Sipin. http://www. jambi-independent.co.id/tourism-2/danau-sipin.html dikunjungi 24/11/2010

Mahida, UN.1984 Pencemaran air dan pemanfaatan limbah Industri. C.V Rajawali. Jakarta.


Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar